Friday, September 28, 2012

Hendra Jaya : Bangga Jadi Anak Guru

Hendra Jaya, S.Pd. MT., adalah dosen muda dari UNM dengan segudang prestasi sejak mahasiswa sampai menjadi staf pengajar di Fakultas Teknik UNM Makassar. Mahasiswa program Doktor Fak. Teknik UGM ini lahir di Makassar, 7 September 1982 pernah meraih Juara III Peneliti Remaja Indonesia, yang dilaksanakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2003, Peserta Kontes Robot Indonesia Dirjen DIKTI Jakarta tahun 2003, dan lulusan cumlaude dan Tercepat S1 Universitas Negeri Makassar tahun 2004.

Hendra, sapaan akrabnya kini tengah menyelesaikan program Doktoral di UGM Yogyakarta. Ia juga adalah pencetus ide TA Robot dari UNM yang profilnya pernah dimuat di Harian Fajar dan tahun 2009 mendapat penghargaan sebagai Dosen Berprestasi FT UNM Makassar.

Pria berkacamata ini memiliki banyak hobi, mulai dari membaca buku, otak atik komputer, membuat animasi film kartun, internet, bisnis on-line, renang dan membuat rangkaian elektronika untuk aplikasi robotika. Hendra memiliki visi berbakti untuk kepentingan agama, bangsa dan negara, mengharumkan nama baik keluarga serta menjadi ilmuwan “sejati”.

Dengan motto “Setiap Perjuangan Akan Membutuhkan Sebuah Pengorbanan”, anak dari pasangan Drs. Misi, S.Ag
dan Haisyah, S.Pd saat ini aktif dalam kegiatan menulis buku, melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Menjadi dosen adalah mimpinya sejak kanak-kanak. Ia senantiasa mengingat kata Einstein,” Janganlah buang mimpi-mimpimu, sebab ia akan menjadi kenyataan kelak”, menjadi motivasinya untuk mengabdikan diri sebagai seorang pendidik.

Hendra sangat termotivasi dan bangga dengan profesi ibunya yang seorang guru SD. Namun ia ingin lebih dari ibunya, mengabdi di perguruan tinggi. Cita-citanya makin membuncah tatkala melihat sosok ayah temannya yang seorang dosen. Ia kagum, banyak sekali buku yang ia bawa ke kampus. Melihat ruang kerjanya di sekeliling lemari hanyalah buku, dan buku-buku bertebaran di mana-mana dengan sebuah komputer di pojok. Mulai saat itu ia mencintai profesi seorang dosen. Dosen adalah civil servant di dalam pemerintahan, bibit ilmuwan, peneliti dan calon professor.

Pengalaman paling berkesan suami dari Indah Mauliana, S.Pd adalah sewaktu menempuh program magister, saat mengikuti tes di ITS Surabaya. Baginya, itu adalah pengalaman pertama ke luar pulau seorang diri. Hendra diumumkan lulus di dua universitas, ITS dan UGM dan harus memilih satu di antaranya, dan itu adalah pilihan hidup yang mengubah segalanya, memilih ITS dengan beasiswa, atau UGM tanpa beasiswa pada tahun pertama.

Pilihan akhirnya jatuh di UGM, meskipun dengan beasiswa dari ADB (Ayah Dan Bunda). Makan sehari hanya 2 kali, makan pagi dirapel makan siang jam 10, sedang makan malam dan siang dirapel jam 5 sore. Ia juga puasa Senin-Kamis dan tidak meninggalkan sholat jama’ah.

Sebagai anak guru, Hendra hidup dengan berbagai bimbingan dengan pola pikir seorang guru, “tiada hari tanpa membaca”. Di dalam keluarganya ia tidak pernah dimanjakan oleh yang namanya harta dan materi untuk kesenangan. Mainan atau video game juga tidak punya, akan tetapi buku manalagi yang tidak dipunyainya.

“Berapapun harganya jika itu adalah buku, dan jika kami meminta pasti dibelikan. Jika ibu keluar kota, hanya satu yang saya titip yaitu buku yang terbaru,” kenang Hendra.

Dari didikan orang tuanya, ia juga belajar bagaimana hidup sederhana. “Saya kagum dengan pola didikan ibu. Ibu mengajarkan kami berdagang kecil-kecilan semasa sekolah, ibu mengajarkan kepada kami arti menabung. Jadi baru umur 14 tahun di tahun 1995 kami sudah punya tabungan sendiri di bank yang saat itu adalah bank BRI, hingga akhirnya sampai kami sudah dewasa terasa manfaat menabung,” ujarnya.

Hendra Jaya adalah pengagum berat bapak mantan Presiden Prof. DR.Ing. BJ. Habibie. Buku buku dan biografi Habibie lengkap menjadi koleksinya. Baginya, Habibie adalah pemicu semangatnya, karena sosoknya yang cerdas dan menyeimbangkan ilmu dan agama sehingga dijuluki “Berotak Jerman dan Berhati Mekah”. Habibie adalah sosok seorang ilmuwan, saintis, agamawan, dan juga nasionalismenya yang tinggi.

“Kubulatkan tekad untuk selalu menuntut ilmu. Kuamalkan tuntutlah ilmu sampai ke liang lahat, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, dan Allah SWT akan meninggikan derajat bagi orang yang berilmu, serta malaikat turut berdoa mendoakan orang-orang yang menuntut ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu agama”, ujarnya menutup perbincangan.***

Sumber

0 komentar:

Post a Comment